Apa yang terbesit di pikiran saat mendengar kata Jepang? Pastinya tidak jauh dari beragam kebudayaannya yang unik serta teknologinya yang canggih bukan. Jepang memang sudah terkenal akan ragam kebudayaannya yang mendunia. Selain itu, majunya teknologi juga tidak pernah luput dari sorotan dunia. Kemajuan dalam hal teknologi tersebut juga menjadikan Jepang sebagai salah satu Negara maju di Asia.
Sebenarnya apa yang membuat Jepang bisa menghasilkan berbagai teknologi canggih tanpa mengubah tradisi dan kebudayaannya? Jawabannya ada pada sumber daya manusia (SDM) yang ada di Jepang. Orang-orang Jepang sudah lama terkenal akan kesopanan, kedisipilinan, dan kerja kerasnya. Kebiasaan inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor pendorong terciptanya SDM berkualitas dari negeri matahari terbit tersebut.
Beberapa kebiasaan baik tersebut sebenarnya hanya merupakan faktor pendorong tambahan dari . Lalu apa faktor utama yang membentuk SDM berkualitas terbaik di Jepang? Itu adalah sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah Jepang. Pendidikan adalah harga mati bagi kemajuan suatu Negara. Tanpa adanya pendidikan, Negara tersebut bisa saja kehilangan arahnya.
Tiap Negara memiliki sistem pendidikan yang berbeda satu sama lain. Termasuk dengan Jepang. Di mana negeri Sakura ini memiliki sistem belajar serta peraturan tersendiri dalam dunia pendidikannya. Hasilnya, bisa dilihat dari kemajuan SDM dan kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh Jepang. Kemajuan serta kecanggihan ini jugalah yang akhirnya mendorong para siswa dari berbagai Negara untuk menempuh pendidikan di sana. Salah satu Negara yang sering mengirim siswanya ke Jepang adalah Indonesia.
Sebenarnya seperti apa sistem pendidikan di Jepang yang membuatnya berbeda dengan Negara lain? Yuk simak penjelasannya.
1. Mengutamakan etika dan moral ketimbang ilmu pengetahuan
Selama ini, beberapa Negara termasuk Indonesia kebanyakan hanya berfokus untuk memberikan pendidikan seputar akademis saja. Sangat jarang ditemukan adanya pelajaran khusus mengenai etika dan moral.
Padahal keduanya sangat penting untuk bisa member hasil yang seimbang. Ilmu tanpa adab merupakan sebuah bom waktu yang dapat membawa kehancuran bagi banyak orang.
Sebaliknya, pendidikan etika dan moral telah menjadi hal penting di Jepang. Para siswa di Jepang pada pendidikan awal akan fokus mempelajari tata karma di masyarakat. Guru-guru di sekolah akan mengajarkan mereka berbagai perilaku terpuji yang juga akan membantu pengembangan karakter para siswa tersebut.
Siswa di Jepang tidak akan mengikuti ujian mata pelajaran apapun hingga mereka berada di jenjang kelas 4 SD atau berumur sekitar 10 tahun. Sebelumnya mereka hanya akan diberi beberapa tes ringan, tetapi bukan untuk menilai seberapa pintar ilmu pengetahuannya. Justru tes tersebut dilakukan hanya untuk memastikan apakah mereka memiliki masalah dalam menerima informasi atau tidak.
Selama tiga tahun pertama sekolah tersebut juga para siswa diajarkan cara bersikap lembut terhadap sesama makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan, serta cara menghargai diri sendiri dan orang lain. Selain itu mereka juga diberi pelajaran mengenai keadilan dan menanamkan sikap murah hati untuk membantu orang lain.
2. Semua siswa membersihkan sekolahnya sendiri
Sekolah di Jepang tidak memiliki Office Boy. Lalu bagaimana caranya agar ruangan-ruangan di sekolah bisa tetap bersih dan rapi? Jawabannya ada pada siswa yang bersekolah di sana.
Para siswa diharuskan untuk membersihkan sendiri berbagai fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Mulai dari ruang kelas, toilet, hingga kantin. Biasanya mereka akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk sistem kerjanya adalah rotasi. Artinya semua kelompok akan ambil bagian dalam membersihkan sekolah.
Sistem pendidikan Jepang memiliki kepercayaan bahwa dengan mengharuskan para siswa untuk membersihkan sendiri fasilitas sekolah, maka dapat menanamkan sifat mandiri, tanggung jawab, serta saling bekerja sama dalam satu tim. Selain itu, dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti menyapu dan mengepel akan membuat para siswa lebih menghormati hasil pekerjaan orang lain.
3. Jam sekolah yang ketat
Salah satu faktor yang membuat sistem pendidikan di Jepang dijadikan panutan adalah karena kedisipilinannya yang tinggi. Mereka sangat menghargai tiap waktu yang ada. Bahkan terkadang mereka akan terlihat berjalan dengan cepat agar tidak membuang-buang waktu.
Jam belajar di sekolah Jepang biasanya akan dimulai pada pukul 8 pagi. Jika ada siswa yang terlambat karena berbagai alasan, maka ia akan diminta membuat surat perjanjian agar tidak mengulangi keterlambatannya lagi. Namun jika ternyata keterlambatan tersebut kembali terulang, maka siswa tersebut akan mendapat sanksi berupa skorsing dari pihak sekolah. Menariknya, tingkat kehadiran siswa di sekolah Jepang mencapai angka 99,99%. Artinya hampir tidak ada siswa yang membolos dalam kegiatan belajar di sekolah.
4. Menerapkan ajaran mengenai seni tradisional pada siswa
Saat ini tidak banyak sekolah yang menerapkan ajaran mengenai kebudayaan lokal dalam sistem pendidikannya. Maka tak heran kalau banyak kaum muda yang sepertinya lupa atau bahkan tidak mengenal budayanya sendiri. Apalagi saat ini sudah masuk masa-masa globalisasi, di mana kebudayaan luar bisa masuk dan mempengaruhi para kaum muda tersebut.
Terkait permasalahan tersebut, sepertinya sistem pendidikan di Jepang bisa menjadi solusi. Para siswa di sekolah Jepang tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan umum saja, tapi juga kebudayaan lokal. Mereka diajarkan untuk menghormati budaya dan tradisi yang sudah ada sejak berabad-abad lalu.
Salah satu kebudayaan lokal yang dipelajari adalah kaligrafi Jepang atau yang biasa disebut Shodo. Seni kaligrafi ini dilakukan dengan mencelupkan kuas bambu ke dalam kolam tinta dan kemudian menggunakannya untuk menulis di atas kertas nasi.
Selain Shodo, ada juga puisi Jepang atau yang biasa disebut Haiku. Bentuk puisi ini dapat menyampaikan emosi yang mendalam dengan ekspresi sederhana kepada para pembacanya.
5. Jumlah mata pelajaran sedikit
Kebanyakan sekolah di Indonesia memiliki jumlah mata pelajaran yang terbilang banyak. Kira-kira mencapai 14 mata pelajaran dalam satu tahun ajaran. Akibatnya, banyak siswa yang merasa bosan, jenuh, bahkan tertekan dengan banyaknya jumlah mata pelajaran yang ada.
Hal berbanding terbalik ada pada sekolah di Jepang. Di mana sekolah di Jepang justru memiliki jumlah mata pelajaran yang sedikit. Bahkan siswa di Jepang bisa memilih sendiri mata pelajaran yang diinginkan pada peminatan.
Hasilnya? Para siswa bisa berfokus belajar, terutama pada mata pelajaran yang mereka sukai. Mereka juga tidak akan merasa tertekan atau bosan dengan pelajaran di sekolah.
6. Makan siang
Salah satu hal yang menjadi ciri khas dari sekolah di Jepang adalah adanya kegiatan makan siang. Para siswa tidak perlu repot-repot membeli makanan atau membawa bekal dari rumah. Karena pihak sekolah akan memberikan berbagai makanan dengan menu tertentu untuk makan siang para siswa.
Tujuannya adalah untuk memastikan kalau para siswa tersebut mengonsumsi makanan sehat dan seimbang. Biasanya makan siang tersebut dimasak oleh koki professional yang sudah berkonsultasi dengan ahli gizi. Jadi makanan yang diberikan tidak asal enak. Semua memperhitungkan kebutuhan nutrisi dan gizi bagi para siswa. Karenanya penggunaan micin sangat dihindari dalam makanan di sekolah Jepang.
7. Menggunakan seragam
Siapa yang sering menonton film atau serial drama Jepang? Pastinya sudah tidak asing dengan berbagai jenis seragam yang digunakan para siswa untuk bersekolah. Biasanya siswi perempuan akan menggunakan seragam model sailor, sementara siswa laki-laki menggunakan gakuran.
Selain model sailor dan gakuran, ada juga seragam model blazer. Seperti namanya, seragam ini terdiri dari kemeja yang dilapisi dengan blazer yang memiliki model dan warna tertentu. Dan masih ada berbagai model seragam sekolah Jepang lainnya yang tidak kalah unik dan keren.
Penggunaan seragam di sekolah Jepang sudah menjadi tradisi lama. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kesan kesenjangan sosial antar siswa.
8. Tahun akademik
Kebanyakan sekolah atau universitas di berbagai belahan dunia memulai tahun ajarannya pada kisaran bulan September atau Oktober. Namun, Jepang memiliki cara yang berbeda. Dimana sekolah dan universitas di negeri matahari terbit tersebut memulai tahun pendidikannya tiap tanggal 1 April. Waktu tersebut bertepatan dengan saat-saat mekarnya bunga sakura.
Mulainya tahun ajaran baru yang bertepatan dengan mekarnya bunga sakura diharapkan dapat memicu semangat para siswa dan mahasiswa untuk menghadapi tahun ajaran baru.
Jepang terkenal dengan sistem pendidikannya yang mendunia. Banyak para penimba ilmu yang berbondong-bondong datang ke Jepang untuk menempuh pendidikan di sana. Apa Anda berminat untuk jadi salah satunya?